Rabu, 29 Juni 2011

FF / Am I Black Dahlia? / OnKey, Jung Yoogeun / 1S



Tittle              : Am I Black Dahlia??
Author           : ila@yongie
Genre             : Dark, Thriller
Length            : One Shot
Rating            : NC-18
Disclaimer    : ChoiYongKi©2011 This Fictions are pure mine, but the cast are belong to themselves.
Warning                : __??—



Ketika dentangan waktu tak berarti lagi bagi mereka yang telah terpisah antara jasad dan ruhnya. Sementara bagi sebagian yang lain, waktu seakan tak memberi celah untuk bernafas. Mereka di kejar waktu, berkutat dengan barang bukti, sidik jari, potongan jasad yang tak utuh, serta File-file yang belum diketemukan missing link-nya.

Di luar sana, beratus-ratus meter jaraknya dari tempat kejadian pembunuhan, tengah tersenyum seorang Lelaki dari balik jendela kamar yang buram.

“Pastikan pekerjaan ini bersih...” Suaranya dingin. Lebih dingin dari balok es.

“Kau tau reputasiku bos.” Tukas suara sadis dari seberang telepon.
Seseorang yang di panggilnya ‘bos’ tersebut tentu sadar sedang berbicara dengan siapa saat ini.
Pembunuh bayaran dengan rekor keberhasilan mencapai 99% tanpa cacat. Apa ia berani meragukan hal itu? Dalam kamusnya tak pernah ada kata ‘gagal’, kalaupun itu terjadi, ia akan memilih bunuh diri tepat di detik pertama kali kasus-nya terbongkar.

“Rasakan akibatnya ji—“

“Kepalaku jadi taruhan bos. Aku tak pernah main-main dengan pekerjaanku. Jangan remehkan aku...”

Klik!!!


============== =========================== =================


Mayat Perempuan yang disangka sebagai korban pembunuhan masih terbujur kaku di meja autopsi.
Wajahnya sulit dikenali, akibat di sayat-sayat dengan benda tajam. Bibir atas dan bawahnya hilang, hingga menampakkan deretan gigi yang tak genap karena patah, mungkin sengaja di hantamkan ke permukaan benda keras.
Daun telinga  kanannya hilang, dengan lubang telinga di tembus peluru timah hingga hampir tembus ke telinga kiri.

“Pembunuh sadis macam apa yang tega melakukan ini semua?” Tanya salah satu petugas polisi. Ia tak bisa menahan tangannya untuk tidak menutup hidung. Menghalau bau anyir yang mengundang rasa jijik luar biasa.

Petugas rumah sakit hanya bisa mengangkat bahu. Ini bukan kasus pembunuhan sadis yang mereka tangani pertama kali.

Namun mayat satu ini sangat misterius. Identitasnya benar-benar kabur.

Lagi-lagi wajah yang tak bisa dikenali.
Kulit jari-jari tangan yang di sayat habis, hanya meninggalkan tulang putih serta kuku-kuku yang hampir jatuh dari tempatnya semula.
Tubuh yang terpisah dari kedua tangan dan kakinya. Perutnya koyak, hingga usus-nya terburai seperti mie yang tumpah dari mangkok dengan kuah berwarna merah pekat.

Petugas itu menerawang kejadian 24 jam lalu, ketika pertama kali ia menemukan jasad telanjang itu tergeletak tak bernyawa di dalam air mancur dekat bekas  istana presiden. Tubuhnya sudah mengambang di air.

Yang ia heran, kenapa tak ada seorangpun yang menyadari ada mayat di tempat itu? Kalau saja bukan karna anjing polisi yang lepas dari tempat pelatihan, mungkin saja mayat itu akan membusuk di air sampai arwahnya mengaung-gaung minta pembalasan dendam.



===================== ============================== =============


“Aku percaya...” lelaki bersuara dingin mengulum senyum. Ia melempar beberapa gelas krystal hingga menghantam tembok. “Bisa kau ceritakan bagaimana kau membunuh wanita jalang—ehm—key, maksudku, eum?”

“Bukankah ini privasiku??” Balasnya berdecak. Sunyi untuk beberapa saat.
Hanya terdengar deru nafas keduanya yang berat saling bersahutan.


--FLASHBACK--- 26 jam lalu, di rumah korban.


“Mama.... Ayo main....” Rengek anak berumur 12 tahun, lengannya terus-terusan menyeret lengan ibunya hingga ia mau berpindah mengikuti kemauan anaknya.

“Sshh... Saabar YooGeun!!!” bentak ibunya egois. “Onew! Urus anakmu yang nakal ini! Mason butuh makan! Lepas anak nakal....panggil ibumu di neraka sana!” Serunya geram seraya mengintip mason dari atas boks. Mason adalah adik tiri Yoogeun, Hasil pernikahan Key dengan bekas suaminya yang seorang Menteri.

“Mason kan tidak rewel... ajak Yoogeun main! Atau kau mau ku ceraikan eum???” Onew, yang notabene adalah ayah kandung Yoogeun langsung pergi, menghilang ke balik bayang-bayang pintu tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun.

Dua dewasa itu saling menuntut keperluan masing-masing, tanpa menyadari  sepasang mata dengki penuh luka sedang meratapi nasib sialnya. Terperangkap di keluarga amburadul tanpa kasih sayang sama sekali.

“Ok Ok..” Akhirya key menyerah, menuruti permintaan anak tirinya itu.

Baru selangkah ia menjejak halaman belakang rumah...

DHORRRRR!!!

Suara desingan itu muncul, diikuti ambruknya tubuh Key serta ceceran darah yang terciprat kemana-mana.

Yoogeun, anak yang bahkan belum dewasa itu harus menyaksikan kematian ibunya sendiri.

Ia hanya bisa memekiki pelan, tak sanggup berbuat apa-apa. Masuk ke dalam rumah tanpa mengucap sepatah katapun.


Selang beberapa menit setelah kejadian penembakan itu.

“Beres...” Ucap suara dingin sang pembunuh.

“Saksi mata???”

“Hanya anak kecil yang kau bilang tak boleh ku bunuh....”

“Mayat?”

“Baru saja akan kulukis tubuhnya...” Shrek! Shrek! Pembunuh itu mengasah pisau serta parang yang akan di gunakan untuk  melukis jasad tubuh ibu muda yang kini telah telanjang tersebut.


--FLASHBACK END---


“Aku yang membayarmu. Apa aku tak berhak tau???”

“Ku pastikan ia akan sulit dikenali.” Serunya riang mengayun-ayunkan daun telinga di tangan kirinya. “wajahnya hancur. Aku paling ingat saat mencongkel matanya dengan jari-jariku sendiri. Hmm... sangat kenyal dan basah.”

“hanya itu?”

“Lidahnya kupotong....Ck...” Sang pembunuh menyeringai. Matanya menilik ke tempat dimana Anjing Bulldognya tengah memainkan sesuatu di dalam mangkok makanan, sesuatu yang kenyal dan berwarna merah.

“Hanya itu saja?” tanya lelaki yang rupanya masih belum puas akan segala kekejian yang sudah ia dengar. Manusia macam apa itu, ia bahkan tak merinding mendengar organ manusia di kerjai layaknya daging potong.

“Naaaaaaaaaak.....”

“Ya...” Lelaki itu menjawab panggilan dari balik punggungnya, ia lupa menempelkan sapu tangan di bibirnya, hingga suara aslinya kini terdengar oleh pembunuh tersebut.

“Siapa kau?” Tanya pembunuh gemetar karena terkejut. Ia menerawang lagi.


--FLASHBACK—
30 jam sebelum pembunuhan di mulai terjadi pembicaraan anara dua orang lelaki.

“jangan bunuh anak kecilpun. Cukup bunuh perempuan itu saja.”

“Bukankah lebih banyak lebih baik?” Bantahnya. Pembunuh terlalu haus jika hanya membunuh satu orang saja.

“jangan bantah.”

--Flashback END—

Yak.. pembunuh itu sadar sesadar-sadarnya dengan siapa kini ia berbicara. Seseorang yang sama sekali jauh dari bayangannya saat ini.

“Aku mengerti kenapa mudah sekali mangsa itu ku tangkap, kenapa pula ia menghampiri perangkap. Rupanya kau yang menariknya. Bagaima—“

KLIK –telepon diputus.

Lelaki itu meletakkan gagang telepon dengan tangan gemetar. Nampak senyum dibibirnya sangat tak manusiawi. Seperti Beruang greezly yang haus akan daging-deging segar.

Lelaki itu menyeringai, mengangkat sapu tangan yang ia gunakan untuk menyamarkan suaranya.

“Naaaakkk....” panggil Pria berkaca mata itu lagi, baru saja ia sampai di kamar anaknya dengan nafas agak memburu.

“Ne Appa?”

“Amma mana??” Tanyanya, Ia gendong anak semata lelaki yang sangat di banggakan untuk jadi penerusnya ini.

“Mungkin sedang bersenang-sengang dengan gigolo langganannya??”

Tampak raut ayahnya berubah jadi sangat geram. Tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya.

“Adikmu mana?” Ia turunkan Yoogeun dari gendongannya.

“Mungkin bermain dengan Lizzy?” Yoogeun memasang wajah Naif sepanjang ayah memandangnya. Menunjuk Boks mason yang berada tak jauh dari ranjang Yoogeun.

Betapa Onew sangat terkejut, melihat kaki Mason kebiruan karena digigit dan dililit Lizzy, Ular piton peliharaan Yoogeun.
Sontak Onew melempar jauh-jauh ular itu, memarahi Yoogeun atas kelalainnya yang tak menjaga Mason dengan baik.

Yoogeun mendengus, ia pungut Lizzy yang terjerembab di sofa.
“Lizzy nakal! Kenapa gigit adik Yoogeun,,,,” rengekannya yang berisik tiba-tiba berubah jadi desisan penuh dendam luar biasa. “Lain kali lilit tubuhnya, hingga tulang belulangnya remuk, dan otaknya menyembur dari kedua lubang hidungnya... OK.”


================ ================= =============


Hingga saat ini polisi dan detektif masih berusaha memecahkan kasus ini. Namun sangat sulit. Mereka tak menemukan petunjuk apapun.

Mereka mencari kambing hitam yang bisa mereka persalahkan agar kepolisian tak ditimpa malu gara-gara gagal memecahkan masalah rumit ini.

“Bagaimana dengan bekas presiden....”

“Tuan Lee Jin Ki maksudmu?”

“yaa... mayat ini di buang di bekas istana presiden, kalau bukan dia siapa lagi yang mau repot-repot memikirkan tempat itu?”



END..



Tidak ada komentar: