Rabu, 29 Juni 2011

FF / In The Sunset Glow / j.law - kirio / 1S

~In The Sunset Glow~

Tittle       :      In The Sunset Glow
Author   :      Yongie.ila
Genre     :      Romance // Sho-ai
Rating    :      T
Cast        :      J-Rio Couple
Disclaimer    : Yongie.Ila©2011
Warning        :      Imajinasi ketinggian =___= nekat buat ni ep-ep... cerita ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, mohon maaf, memang disengaja xD awalnya saya mengambil update’an blognyah si j.law
Mian yak ceritanya aneh T___T abis ngebut siii buatnya T___T



Story has begin...


“In the evening, outside the window I saw a teenager running, in the sunset glow. He ran with a smile, that seemed so naive. And that scene is just too beautiful that cannot be described with words.

Di senja itu, dari balik jendela. Aku melihat seorang remaja sedang berlari, di bawah sinar mentari senja. Dia berlari dengan sesungging senyum yang terus terkembang, terlihat sangat naif. Dan kejadian itu terlalu indah, hingga tak mampu digambarkan dengan kata-kata.

I went by and looked at that child’s eyes, and I saw a little deer glowing in his eyes. That Child is a bit of a panic, but was not refuse to look back at me. I swear that at that moment there is no evil desires in my heart, and I just want to stand by his side, even if just to share the beautiful glow on his body. Just at that moment when he was holding his chin and looked up on the sky.

Aku menghampirinya, melihat pada dua matanya. Dan aku melihat seekor rusa kecil berpijar dalam matanya. Dia terlihat sedikit panik, namun tak ragu untuk menatap balik ke arahku. Aku bersumpah jika pada saat itu tak ada Nafsu setan dalam hatiku, dan aku hanya ingin berdiri di sampingnya, walau hanya untuk berbagi sinar indah dari tubuhnya. Hanya pada saat itu, ketika dia bertopang dagu dan menengadah menatap langit.

He told me his name, birthday, campus.
He also told me his problems, and some hesitation in his life. He has his own ideals and beliefs of tomorrow but he just preferred to relax himself today. I don’t know how to answer him and just silence smiled and verily I nodded unto him, let him know all these things I understand.

Dia memberitahuku namanya, ulang tahunnya, serta kampusnya.
Dia juga memberitahuku tentang segala masalahnya, dan beberapa keraguan dalam hidupnya. Dia punya cita-cita dan kepercayaan sendiri akan hari esok, tetapi dia lebih senang megistirahatkan dirinya hari ini. Aku tak tau bagaimana harus menjawab segala yang ia ucapkan dan hanya menyunggingkan senyum keheningan, dan sebenarnya aku setuju dengannya, membiarkan dia tau semua hal yang aku mengerti.

We ran through the whole grassland, hand by hand. And he told me that day that he gave me his first kiss. I remained silence, and I’d nothing to say.

Kami berlari di sepanjang padang rumput. Dan dia menceritakan hari dimana dia memberiku Ciuman pertamanya. Aku masih diam, dan aku tak punya sesuatu untuk dibicarakan.

In fact, our met was not really like this, but I’m more willing to set our first met to that particular evening, with flowers and grasses, with me and him looked at each other, silently… So that if one day that all the things leave us, our memories of our first met will still be the memorable one. “
Sejujurnya, pertemuan kami tak benar-benar seperti ini, tapi aku ingin mengatur pertemuan pertama kami kedalam suasana senja istimewa seperti itu, dengan bunga-bunga dan rerumputan, dengan aku dan dia saling memandang satu sama lain, dalam diam... Hingga suatu saat semua hal itu meninggalkan kami, kenangan akan pertemuan pertama kami akan jadi salah satu yang pantas untuk di kenang.



============================== ======================


‘I saw him... running over the grassland. Smiling...’

Lelaki kecil itu berjalan menengadah menatap langit, seperti ingin membaca dan mengartikan sebentuk barisan awan di atas sana... ingin tau, ingin mengerti, bahkan ingin berbicara dengan bahasa asing mereka, yang hanya tampak dalam keheningan...

Sementara dari sisi lain jembatan kayu kecil penghubung antara padang rumput dan jalan raya, seorang lelaki tinggi tegap mengawasinya penuh minat. Ia tersenyum.
Satu kata yang tiba-tiba muncul dalam hatinya adalah. ‘I wanna stand by him and hold his hand...’
Ini bukan yang pertama untuk Xia He... ya, lelaki itu bernama Xia He. Dia sadar mencintai sesama jenis bukanlah hal yang wajar.
Namun Bukan keinginannya untuk menjadi seorang homoseksual, ia hanya mengikuti kata hatinya, mencintai siapa yang ingin ia cinta, melindungi siapa yang harus ia lindungi. Bukan karena nafsu, bukan pula karena bisikan setan.
Perasaan Xia He terlalu tulus untuk dikatakan hina dan menjijikkan.
Andai saja tiap orang mempu melihat jauh kedalam hatinya, disana... terkubur cinta yang sinarnya melebihi 1000 rembulan.. aku yakin.


Perlahan Xia he mendekati lelaki yang mempu membuat Hatinya melompat-lompat.
Lelaki itu, berperawakan kurus dan lebih pendek darinya. Senyum manis tak pernah lepas dari bibir  tipisnya. Sangat tulus. Ia yakin ia tak jatuh cinta pada orang yang salah. Ia yakin orang itu mampu mengisi kosong dalam relung hatinya

“Hai...” Sapa Xia he, tanpa menyunggingkan senyuman. Bukannya ia tak mau, namun pembawaanya memang dingin “Xia he...”
“Luo—luo...” Jawabnya ragu. Ia hanya mempu menatap mata Xia He sekilas, setelah itu berpaling lagi menghadapi sebentuk awan untuk menahan rasa paniknya.
Ia tak mengerti, ada apa dengan orang aneh ini. Tiba-tiba menghampirinya dan menyebutkan namanya. LuoLuo pikir, ia tak membutuhkannya.

“LuoLuo...!!” Ucap Xia He lantang,sedetik kemudian tangan LuoLuo sudah berada dalam genggamannya. Sontak LuoLuo berjingkat ketakutan, ia injak kaki Xia He, setelah itu lari menjauh darinya.
Xia He tidak meringis sedikitpun, ia malah tersenyum senang, mengusap jemari yang ia gunakan untuk mengenggam lengan LuoLuo tadi.
‘Warm...’ Gumamnya.

Hari terus berganti, langkah kaki Xia He tak pernah menjauh dari Jejak-jejak kaki yang ditinggalkan LuoLuo. Ia mengikuti kemanapun LuoLuo Pergi. Hingga lelaki kecil itu sempat berpikir tengah di untit oleh seorang Debt Collector.

“Kau ini siapa?!” Bentak LuoLuo ketika ia mendengar langkah-langkah kasar yang sangat dikenalnya akhir-akhir ini, meredam rasa takut sekaligus panik. Ia tak mau terlihat lemah.
“Xia He...” Jawabnya tak memecahkan pikiran jelek LuoLuo akan dirinya.
“Stalker yaaaa?!”

Xia He diam untuk beberapa saat, membuat LuoLuo makin gentar. Kakinya mundur beberapa langkah kebelakang.
Namun tubuh jangkung itu turut maju pula, mendesak ke arah LuoLuo.

“Apa maumu?”
“kau LuoLuo?” Xia He mengusap pipi Luo Luo hingga tubuh kecil itu bergetar. “Adik Luosi?”
“Eh...” LuoLuo mengangguk ragu dengan pipi kemerahan,namun  matanya masih waspada akan gerak-gerik lelaki didepannya itu.
“Dia bilang kau harus ikut denganku...” Xia He langsung menggamit lengan kurus itu, tanpa butuh persetujuan ataupun interupsi darinya.
“Eh?” hanya itu yang bisa diucapkannya. Semua begitu mendadak, ‘kenapa aku harus mengikutinya?’ pikir LuoLuo, namun ia tak sanggup menghentikan langkahnya.  ‘ia kenal kakakku, ia kenal Luosi.’ Pikiran itu agaknya membuat ia sedikit tenang, mungkin ia memang disuruh kakaknya. Mungkin...

================ ================= ======================

“Coba senyum...” pinta  Xia he ketika mereka berdiri di studio foto milik Xia He.
“Untuk apa?” LuoLuo memanyunkan bibir seraya berkacak pinggang.
Xia He mengangkat Kamera Sony-nya, menyunggingkan senyum yang jarang ia tampakkan.
“Oh... aku tampan ya?” Pertanyaan bodoh keluar dari mulut mungil itu, sebelum ia tersenyum penuh keterpaksaan. Berpose beberapa kali di depan kamera yang sudah stand-by.

‘cantik’ Gumam Xia He. Ia jepret beberapa kali kameranya. Lalu menunjukkan pada LuoLuo beberapa gambar yang ia anggap menarik.

LuoLuo tersenyum senang. “Great...” Soraknya ceria. Senyum manisnya terkembang tepat didepan lelaki yang selama ini menaruh hati padanya.
Xia he diam, ia terpana. Perasaannya meluap bagai pesawat jet. Akhirnya..

Chu~~~

‘i kiss your smile..’ batinnya.

Hening beberapa saat.
LuoLuo mengusap bibirnya, terasa aneh. Semuanya sangat aneh, kenapa lelaki itu menciumnya? Apa dia tak sadar jika LuoLuo lelaki?

“Aku lelaki...” Gumamnya kemudian, memanyunkan bibirnya lagi.
“Aku tau...” Xia He berbalik, menghilang didalam kamarnya. Meninggalkan LuoLuo yang masih dilingkupi perasaan aneh.

Memangnya kenapa jika Xia He lelaki, dan LuoLuo lelaki? Apa perasaan cinta tak boleh bersemi diantara keduanya? apa orang-orang menghakimi rasa yang sudah di takdirkan untuk dimiliki tiap manusia?
Jika mereka tak boleh memadu kasih, Protes saja pada Tuhan, Teriaklah kepadaNya, Larang DIA menciptakan rasa cinta, agar tak hanya mereka yang terluka. Biar semua merasakan sakitnya, ketika cinta mereka di sanksi-kan oleh seluruh dunia.


================= ====================== ================


Malam itu terasa sangat dingin untuk LuoLuo. Tubuhnya menggigil hebat. Berlapis-lapis selimut serta jaket tebal tak mampu mengusir rasa dingin yang menyergapnya.

“Sudah kubilang jangan mandi malam-malam...” Xia He menggosok-gosok telapak LuoLuo dengan kedua tangannya. Berusaha menghangatkan tubuh LuoLuo yang terlanjur kedinginan.

LuoLuo terisak. “Pulang...” Rintihnya. Melihat hal itu Xia He langsung memeluk tubuh kurus LuoLuo, mendekapnya, hingga LuoLuo berhenti menangis. “Sudah hangat?” LuoLuo menggeleng, namun tangisnya sudah berhenti.

LuoLuo memejamkan matanya, bersandar di dada bidang Xia He yang hangat. Perasaan tenang apa ini yang ia rasakan?

Xia he meraba kening LuoLuo. “Kau demam...”
Dia bopong tubuh lemah LuoLuo kedalam kamar yang memang sengaa disiapkan khusus untuk LuoLuo.

Malam itu Xia he merawat LuoLuo semalaman, hingga ia tak sempat tidur, bahkan untuk memejamkan mata sebentar saja ia tak mau. Ia hanya ingin merawat LuoLuo hingga ia sembuh. Salahnya-lah jika LuoLuo sampai sakit seperti ini.

LuoLuo terus merintih di atas kasurnya, dia demam tinggi.
Tanpa terasa setetes air mata keluar dari mata sayu Xia He, ya..hanya setetes. “Kirio...” Gumamnya. Ia cium punggung tangan LuoLuo, sambil sesekali mengganti kompres untuk menurunkan panas badan LuoLuo.

============ ==============================================

LuoLuo membuka matanya perlahan, merasakan sesuatu menempel di dahinya.
Ia mengerling ke samping kirinya. Kaget, mendapati Xia He tengah tertidur dengan tangan menggenggam telapak LuoLuo.
Tersenyum, ia kembali menghenyakkan tubuhnya ke kasur lebih dalam. Perasaan aneh muncul, ia tak ingin genggaman Xia He lepas darinya.

~~

Ketika perasaan itu muncul, siapa yang bisa menolaknya?
Biarkan mereka melihat rasa tulus ini. Bagaikan rumput, dianggap tak berharga, selalu diinjak dimanapun ia tumbuh, namun ia tetap tegar, susah untuk dimusnahkan.
Cobalah lihat lebih dekat, ketika tubuh ringkih tertatih-tatih memepertahankan rasa yang tak sanggup ia tolak. Entah berapa tetes air mata yang jatuh ketika mereka dilempari jutaan makian dari orang yang tak mereka kenal.

======== =============================== ==============

Xia He membuka matanya, mengucek-ngucek beberapa kali. Pandangannya sedikit kabur dan kepalanya agak pening. Mungkin akibat kurang tidur.Dilihatnya LuoLuo masih memejamkan mata. Sepertinya demamnya sedikit turun.

Belum sempat ia melangkah, Bel pintu rumahnya  berbunyi.

“Boo!! Xia He Boo!!!” Teriak suara lelaki dari balik pintu. “You were Late. You Know...”

Klek!

“Be quite.. You’re too Noisy...” Xia He berdecak kesal. Matanya tajam menatap lelaki yang lebih jangkung dan berotot darinya itu.
“Kau telat! Aku capek nunggu kamu di bawah jembatan, sayang...” Lelaki keturunan jepang yang bernama Shano itu mencoba mengulum bibir Xia He.
Namun Xia He menolak, ia menggigit bibir Shano bahkan sebelum bibir itu berhasil menyentuh bibir Xia He.
“We’re over. Don’t Touch—“ Xia He tak mampu meneruskan kata-katanya, kepalanya makin terasa pusing, hingga tak sengaja ia jatuh di pelukan Shano.
”Boo!!! Are You Sick???”

================= ================= ====================

“Xia He...” LuoLuo mengedarkan matanya, mencari sosok Xia He, berharap lelaki itu masih setia menemani dia yang sedang sakit. Namun dia tak ada.
LuoLuo berusaha mengangkat badannya, mencoba mencari Xia He di ruangan lain.

“Xia Hee...—“ Dia tercekat ketika mendapati tubuh jangkung Xia He didekap seorang lelaki asing, tepat di depan kedua matanya.
Entah perasaan apa ini, tapi ia merasa terluka, ia merasa di khianati begitu dalam oleh Xia He. Ia kembali masuk kekamarnya. Menutup pintunya keras-keras, berharap Xia He menyadari keberadaan LuoLuo di rumahnya.

Ia menangis. Merasa dirinyaa kerdil dan bodoh. Ia bahkan tak mengerti, ia menangis untuk apa. Ia merasa tersakiti untuk siapa? Xia He bukan siapa-siapa. Ia bahkan baru mengenalnya kemarin.

“Xia He...” Desisnya di sela isak yang teredam, ia gigit bibirnya kuat-kuat agar tangisnya tak menyeruak. “Kenapa? Perasaan ini... kau seperti mengajakku naik ke menara, lalu tiba-tiba kau mendorongku dengan sengaja.. sakit...”

Ia terus menangis tanpa alasan, hingga kelelahan, dan badannya kembali drop. Ia kembali sakit.

~~~

Jangan tanyakan kenapa bisa begini...
Cinta tak pernah salah. Sesuatu yang tulus tak pernah salah. Bahkan jika dunia membencinya.
Itu bukan alasan untuk berhenti, bukan alasan untuk menyerah.

=============== ================ =================

“Kirio....” Xia he duduk di tepi ranjang LuoLuo. Memastikan suhu badannya tidak naik lagi dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi LuoLuo.
Namun LuoLuo menepisnya, tersimpan amarah yang tak ia mengerti dari dalam dadanya.

“Jangan sentuh aku!! Urusi saja pacarmu, tak usah pedulikan aku!!”
“Siapa?”
“Kau tau...” Suara LuoLuo berubah parau, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. “Jangan pura-pura bodoh...”
“Shano maksudmu? Apa kau melihatnya?”
“kau pikir aku buta?” LuoLuo makin jengkel.
“Lalu apa masalahnya?” Xia He tersenyum, merapikan poni LuoLuo yang berantakan. “Apa karena kami sama-sama laki-laki?”

Xia He trenyuh. Ia sudah menduga jika semua orang menganggap bahwa Homo adalah penyakit aneh yang patut di jauhi. LuoLuo pasti juga berfikir seperti itu. ‘Dia pasti takut’ gumamnya.

“Aku menjijikkan ya?” Xia he menengadah memandangi langit-langit kamar LuoLuo. “Aku Homo.. aku Gay, whatever you called me... aku tak pantas...” Dia tersenyum kecut. “Aku memang salah dari awal. Tak seharusnya membawamu kesini. Orang seperti aku tak pantas mendapatkan kasih sayang—“

Ciuman hangat LuoLuo mendarat dibibir Xia He, memaksa mulut itu untuk berhenti bersuara.

“Salahkan dirimu. Telah membuatku cinta padamu...” LuoLuo membenamkan wajah didekapan Xia He.
Dua tubuh itu menyatu di bawah terik mentari senja yang menelusup paksa dari sela-sela jendela yang terbuka. Keduanya tersenyum dalam ketulusan, dalam keheningan yang nyaman.

Under sunset glow we’re together.

I went by and looked at that child’s eyes, and I saw a little deer glowing in his eyes. That Child is a bit of a panic, but was not refuse to look back at me. I swear that at that moment there is no evil desires in my heart, and I just want to stand by his side, even if just to share the beautiful glow on his body. Just at that moment when he was holding his chin and looked up on the sky.

Aku menghampirinya, melihat pada dua matanya. Dan aku melihat seekor rusa kecil berpijar dalam matanya. Dia terlihat sedikit panik, namun tak ragu untuk menatap balik ke arahku. Aku bersumpah jika pada saat itu tak ada Nafsu setan dalam hatiku, dan aku hanya ingin berdiri di sampingnya, walau hanya untuk berbagi sinar indah dari tubuhnya. Hanya pada saat itu, ketika dia bertopang dagu dan menengadah menatap langit.


Jadi apa ada yang menyalahkan cinta mereka berdua???


-----‘’-----

Tidak ada komentar: